Brasil Kacau Balau Dipermalukan oleh Rival Abadinya Argentina

Bagikan

Kekalahan 4-1 Brasil dari Argentina telah di dipermalukan pada hari Selasa, ini adalah kekalahan terberat mereka dari rivalnya sejak 1964 merupakan 90 menit penghinaan yang tak henti-hentinya. Kesenjangan antara kedua tim itu sungguh memalukan.

Brasil Kacau Balau Dipermalukan oleh Rival Abadinya Argentina

Dalam beberapa hal, ini lebih buruk daripada kekalahan 7-1. Setidaknya kekalahan semifinal Piala Dunia dari Jerman 11 tahun lalu dapat dianggap sebagai keruntuhan emosional dalam beberapa menit yang gila. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi mengenai sepak bola menarik lainnya hanya klik .

tebak skor hadiah pulsa 100k  

Kekalahan Memalukan Brasil dari Argentina

Kekalahan telak 4-1 Brasil dari Argentina pada hari Selasa lalu merupakan sebuah aib yang mendalam, menandai kekalahan terburuk mereka dari rival abadinya sejak tahun 1964. Pertandingan ini bukan sekadar kekalahan, tetapi sebuah demonstrasi nyata dari jurang pemisah yang menganga antara kedua tim.

Kekalahan ini bahkan lebih menyakitkan daripada kekalahan 7-1 dari Jerman di semifinal Piala Dunia 2014, karena kekalahan tersebut lebih disebabkan oleh keruntuhan emosional sesaat. Pertandingan di Buenos Aires ini menjadi arena pertarungan dua pendekatan yang berbeda: Brasil dengan gaya menggiring bola di lini tengah, berhadapan dengan Argentina yang tampak mengabaikan lini tengah sebagai bagian yang opsional.

Sebelum pertandingan, Brasil sebenarnya memiliki potensi untuk melakukan serangan balik yang mematikan, mengingat rapuhnya pertahanan Argentina sejak Piala Dunia FIFA terakhir. Pertanyaan besar adalah bagaimana Argentina akan mengatasi kecepatan dan bakat luar biasa dari Vinicius Junior, Rodrygo, Raphinha, dan Matheus Cunha. Namun, harapan itu pupus dengan cepat.

Satu-satunya gol Brasil tercipta berkat kesalahan Cristian Romero yang dimanfaatkan oleh Cunha. Selain gol tersebut dan tendangan bebas jarak jauh dari Raphinha, Brasil gagal menciptakan peluang berarti. Sementara itu, Argentina dengan leluasa menembus pertahanan Brasil, memainkan umpan-umpan pendek yang mematikan, dan seharusnya bisa mencetak lebih banyak gol daripada empat gol yang bersarang di gawang Bento.

AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!

aplikasi shotsgoal  

Kesenjangan Mengkhawatirkan dalam Kualitas Tim

Kesenjangan antara kedua tim sangat mencolok. Secara individu, banyak pemain Brasil yang sebenarnya layak bermain di tim Argentina. Brasil memiliki penjaga gawang, bek tengah, dan pemain sayap yang bisa menjadi andalan di tim mana pun di dunia. Pertanyaannya, mengapa tim dengan pemain-pemain berkualitas seperti itu bisa tampil begitu buruk?

Hasil melawan Argentina memang mengejutkan, tetapi performa Brasil sebenarnya sudah mengkhawatirkan sejak lama. Kemenangan tipis atas Kolombia dan Cili sebelumnya lebih disebabkan oleh individual brilliance daripada permainan tim yang solid. Kali ini, melawan Argentina yang bahkan tidak diperkuat Lionel Messi, semua kelemahan Brasil terekspos dengan jelas.

Empat belas putaran kualifikasi Piala Dunia seharusnya menjadi bukti bahwa Brasil sangat membutuhkan pelatih sekaliber Carlo Ancelotti. Kualitas pelatih lokal dinilai tidak memadai, dan Brasil tertinggal jauh di belakang Argentina dan pelatih-pelatih asal Portugal. Kegagalan Ronaldo untuk menjadi presiden CBF juga mencerminkan penolakan terhadap ide mendatangkan pelatih asing, sebuah langkah yang menurutnya krusial untuk memajukan sepak bola Brasil.

Baca Juga: Apa yang Diperlukan Wrexham untuk Mencapai Liga Premier?

Masalah Taktik dan Keseimbangan Tim

Di bawah asuhan Tite, Brasil adalah tim yang solid, kompetitif, dan terkadang brilian. Namun, sejak Tite mengundurkan diri, Brasil berubah menjadi tim yang kacau balau. Dalam 17 pertandingan kualifikasi sebelumnya, Brasil hanya kebobolan enam gol. Dalam 14 putaran terakhir, mereka sudah kebobolan 16 gol.

Fernando Diniz, yang ditunjuk sebagai pengganti sementara sambil menunggu Ancelotti, gagal memberikan dampak signifikan. Setelah kekalahan dari Argentina, Diniz dipecat, dan nasib serupa kemungkinan akan menimpa pelatih saat ini, Dorival Junior. Dorival, yang dipilih karena alasan politik internal di CBF, memulai tugasnya dengan dukungan yang cukup besar.

Namun, dukungan itu kini telah menguap. Dorival telah menghabiskan 12 bulan terakhir untuk mengklaim bahwa timnya terus berkembang, klaim yang tidak didukung oleh penampilan di lapangan. Salah satu masalah utama adalah kurangnya gelandang tengah berkualitas. Brasil tidak lagi memiliki gelandang box-to-box kelas dunia yang mampu menyeimbangkan lini tengah. Alih-alih mengatasi masalah ini, Brasil justru kalah jumlah dan kalah dalam penguasaan bola di lini tengah saat melawan Argentina.

Evaluasi Kepelatihan dan Arah Masa Depan

Kurangnya keseimbangan emosional tim juga menjadi tanggung jawab Dorival. Apakah perlu menekan Argentina setinggi itu? Atau apakah tim terlalu terpaku pada retorika mereka sendiri untuk “menendang lawan keluar lapangan”? Seharusnya, Brasil bermain lebih bertahan, menarik Argentina ke depan, dan menciptakan ruang untuk serangan balik. Namun, Brasil tampak terlalu bersemangat untuk berpikir jernih.

Dalam hal pemilihan pemain, strategi, dan pendekatan emosional, semua kesalahan tampaknya mengarah pada Dorival. Kecil kemungkinan dia akan tetap bertanggung jawab saat Brasil menghadapi Ekuador pada bulan Juni. Kekalahan memalukan ini menjadi alarm bagi sepak bola Brasil, dan perubahan mendasar diperlukan untuk mengembalikan kejayaan Selecao di masa depan. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang berita sepak bola terupdate lainnya hanya dengan klik sportscard-checklists.net.